Analisis Dampak Kenaikan Kurs Dolar terhadap Rupiah bagi Ketahanan Ekonomi Indonesia




Analisis Dampak Kenaikan Kurs Dolar terhadap Rupiah
bagi Ketahanan Ekonomi Indonesia



Oleh
Margi Wahyu Rusmi L/F1B015019
Singgih Wahyu Astuti/F1B015021
Tholibul Achyar/F1B015024
Lintang Ayu Saputri/F1B015026




KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
2015
BAB I
 PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini nilai tukar (kurs) rupiah terhadap mata uang dollar mengalami penurunan. Bahkan, data terakhir yang didapat dari situs www.seputarforex.com pada tanggal 6 Desember 2015, nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai Rp 13,870.00. Hal ini berarti setiap uang sejumlah Rp 13,870.00 nilainya sama dengan 1 dollar saja. Bisa kita bayangkan, jika saja kurs rupiah semakin melemah, maka akan semakin banyak nominal yang kita keluarkan untuk mengeluarkan biaya sama dengan 1 dollar. Penurunan nilai rupiah terhadap dollar ini tentunya berdampak pada kondisi keuangan negara Indonesia, terutama bagi ketahanan ekonomi Indonesia untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan maupun gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan perekonomian bangsa dan negara berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

1.2       Perumusan Masalah
Bagaimana dampak positif dan negatif yang ditimbulkan akibat kenaikan kurs dollar terhadap rupiah?



1.2            Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan sebagai bahan untuk diskusi mengenai dampak Kenaikan Kurs Dolar terhadap Rupiah
bagi Ketahanan Ekonomi Indonesia.

BAB II
 PEMBAHASAN

2.1       Sistem Penentuan Nilai Tukar Mata Uang
Dalam kehidupan sehari-hari, uang berfungsi sebagai alat tukar, alat satuan hitung, alat penyimpanan kekayaan, alat pengalihan nilai kekayaan, dan sebagai alat ukur pembayaran yang ditunda. Dalam berhubungan dengan negara lain pun uang berfungsi sama seperti yang tadi telah disebutkan. Namun antar negara mempunyai jenis mata uang yang berbeda untuk digunakan di dalam wilayahnya. Misalnya saja di Indonesia mempunyai mata uang rupiah, Malaysia menggunakan ringgit, Arab memakai peso, sedangkan Amerika,Singapura,Australia menjadikan dollar sebagai mata uang negaranya. Karena masing-masing negara mempunyai mata uang yang berbeda-beda, tentunya akan menyulitkan saat hendak bertransaksi antar negara. Oleh karena itu dibuatlah sistem kurs sebagai standar penetapan nilai tukar mata uang antar negara untuk mengetahui berapa nilai suatu mata uang terhadap mata uang yang lain.
Kurs mata uang adalah perbandingan nilai mata uang yang digunakan oleh tiap negara dalam perdaangan internasional. Tujuan dari masing-masing negara adalah terciptanya kestabilan nilai terhadap mata uang negara lain. Kurs terbagi menjadi dua macam, yaitu kurs jual dan kurs beli. Pada dasarnya nilai tukar mata uang ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut. Semakin tinggi harga mata uang asing, maka makin sedikit permintaan atas mata uang asing tersebut. Sebaliknya, makin rendah harga mata uang asing, maka makin banyak permintaan atas mata uang asing tersebut. Semakin tinggi harga mata uang asing, maka semakin banyak penawaran mata uang asing tersebut. Makin rendah harga mata uang asing, maka makin sedikit penawaran mata uang asing tersebut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi nilai mata uang :
A.              Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat inflasi
Dalam pasar foreign exchange atau valuta asing, dasar yang utama adalah transaksiI nternasional baik dalam komoditas jasa atau barang sehingga perubahan harga dalam negeri yang tidak tetap terhadap harga luar negeri berdampak pada pergerakan valuta asing. Ilustrasinya adalah demikian, jika Jepang yang bekerja sama dengan Indonesia dalam transaksi perdagangan internasional mengalami inflasi, maka produk impor dari Jepang otomatis akan meningkat harganya sehingga permintaan masyarakat atas produk tersebut akan berkurang.
B.              Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Suku Bunga
Nilai tukar uang, inflasi, dan suku bunga mempunyai korelasi yang kuat. Bank Indonesia misalnya, dapat turun tangan untuk mengatasi inflasi dan mempengaruhi nilai tukar mata uang dengan mengubah tingkat suku bunga. Jika suku bunga Indonesia tinggi maka permintaan mata uang rupiah akan bertambah dan investor baik lokal maupun mancanegaraakan tertarik berinvestasi demi keuntungan yang lebih besar. Tetapi jika inflasi semakin meningkat investor akan keluar untuk menghindari kerugian sampai bank pusat kembali menaikkan suku bunga. Sebaliknya, jika bank Indonesia menurunkan suku bunga, maka nilai tukar uang akan semakin lemah.
C.              Nilai Tukar Mata Uang dan Neraca perdagangan
Neraca perdagangan adalah semua pembayaran dari hasil ekspor dan impor barang ataupun jasa dari dua negara rekanan dagang. Bila suatu negara mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar negara rekan dagangnya daripada jumlah yang diterima sebagai pembayaran atas produk ekspornya, maka dikatakan negara tersebut mengalami defisit. Selanjutnya negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagangnya yang berakibat pada melemahnya nilai tukar uang negara tersebut terhadap mata uang negara rekanan. Sedangkan kondisi banyaknya keuntungan yang diterima negara rekan bisnisnya disebut surplus, yaitu nilai tukar uang negara tersebut menguat dibandingkan mata uang negara rekanan.
D.              Nilai Tukar Mata Uang dan Hutang publik
Selain untuk aktivitas perdagangan dengan negara lain, neraca anggaran lokal suatu negara juga digunakan untuk menunjang proyek-proyek dalam negeri untuk kepentingan pemerintahan dan masyarakat. Anggaran yang defisit akan menyebabkan meningkatnya hutang publik atau public debt dan hal ini akan berakibat pada tingginya nilai inflasi. Defisit anggaran dapat diatasi dengan menjual aset pemerintah atau mencetak lebih banyak uang. Jika keadaan terus memburuk, pemerintah bisa saja mengalami gagal bayar atau default sehingga peringkat hutangnya turun. Salah satu faktor yang dapat melemahkan nilai tukar uang suatu negara adalah hutang publik yang tinggi.
E.               Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspor-Impor
Jika jumlah ekspor barang ataupun jasa suatu negara meningkat daripada nilai impornya, dapat dipastikan nilai tukar mata uang negara tersebut akan menguat. Dengan peningkatan komoditas ekspor baik barang atau jasa berarti permintaan mata uang akan meningkat. Sebaliknya, bila nilai impor lebih tinggi daripada jumlah ekspor, bisa saja negara mengalami defisit sehingga nilai tukar melemah.
F.               Nilai Tukar Mata Uang dan Kondisi Ekonomi dan Politik
Untuk menginvestasikan dananya, para investor tentu akan memilih negara dengan kondisi ekonomi yang baik termasuk keadaan politik yang stabil dan aman. Ketidakstabilan kondisi ekonomi secara otomatis akan mempengaruhi kepercayaan investor karena cenderung memiliki resiko tinggi sebagai tempat mengeluarkan dananya. Oleh karena itu dikatakan keadaan politik akan berdampak pula pada nilai tukar uang suatu negara.
G.              Nilai Tukar Mata Uang dan Tingkat Pendapatan
Dalam pasar mata uang asing faktor yang berdampak pada permintaan dan penawaran adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga produk luar negeri. Laju peningkatan pendapatan riil domestik diprediksi akan melemahkan nilai tukar mata uang asing, sementara pendapatan riil domestik akan menyebabkan permintaan valuta asing bertambah bila dibandingkan stok yang tersedia.


H.              Nilai Tukar Mata Uang dan Kontrol Pemerintah
Menurut ahli ekonomi, Kebijakan pemerintah juga turut berperan dalam mempengaruhi nilai tukar uang dalam berbagai bentuk, yaitu berusaha menghindari hambatan nilai tukar mata uang asing, berusaha untuk menghindari hambatan transaksi perdagangan internasional, dan melakukan campur tangan dalam pasar uang untuk menyeimbangka atau menytabilkan nilai tukar dengan membeli atau menjual mata uang. Alasan pemerintah untuk melakukan campur tangan dalam pasar uang adalah, untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang dalam negeri, membuat kondisi nilai tukar dalam negeri masih berada dalam batas yang ditentukan, dan respon pemerintah atas adanya kekacauan dalam pasar uang yang mungkin dalam jangka waktu sesaat.
I.                 Nilai Tukar Mata Uang dan Ekspektasi
Faktor berikutnya yang juga berperan dalam nilai tukar mata uang adalah harapan atau kemungkinan untuk mendapat nilai tukar tinggi di masa yang akan datang. Sama seperti investasi sekuritas seperti saham dan lainnya, pasar valuta asing akan merespon dengan cepat setiap berita yang mempunyai pengaruh di masa depan. Sebagai contoh, rumor yang beredar bahwa inflasi di Amerika akan meningkat akan membuat investor valas menjual mata uang dollarnya secepat mungkin karena menganggap nilai tukarnya akan menurun di masa yang akan datang. Tindakan ini akan langsung berpengaruh pada turunnya nilai tukar dollar dalam market uang.


1.3            Penguatan Kurs Dollar terhadap Rupiah
Penyebab melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal maupun internal perekonomian. Faktor eksternal yang paling umum diketahui adalah perekonomian AS yang setahun belakangan semakin membaik. Sejumlah indikator memang telah menunjukan hal tersebut. Pertumbuhan ekonomi AS terakhir mencapai 2,5% atau lebih tinggi daripada ekspektasi 2%. Sementara inflasi hanya 1,6%. Bahkan, pada Januari 2015 terjadi deflasi (inflasi negatif), yakni -0,1%. Inflasi di AS dikatakan baik jika tidak lebih dari 2%. Meski sebelumnya AS melakukan kebijakan quantitative easing (mencetak uang untuk dibelikan surat berharga pemerintah AS sendiri), tetapi inflasi AS tidak meningkat karena dolar AS beredar ke seluruh dunia, tidak cuma di AS. Akibatnya, efek inflasinya tidak begitu besar, bahkan hampir tidak ada.
Tingkat pengangguran AS juga menurun dengan tajam hingga level sekarang 5,7%. Memang belum berada pada level ‘normal’ 4%. Namun, kondisi sekarang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan saat krisissubprime mortgage yang memuncak pada 2009-2010. Data penjualan mobil, salah satu indikator untuk mendeteksi tingkat kesehatan perekonomian AS, juga memberi konfrimasi yang sama. Penjualan mobil di AS pada Februari 2015, lebih tinggi hingga 9% jika dibandingkan dengan Februari 2014. Di sepanjang 2014, penjualan mobil mencapai 16,5 juta unit. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap nilai rupiah saja, tetapi juga terhadap mata uang negara lain sehingga kurs beberapa mata uang negara lain pun ikut terdepresiasi dalam beberapa bulan terakhir.

1.4            Dampak Menguatnya Dollar terhadap Rupiah bagi Ketahanan Ekonomi Indonesia
Menguatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah berpengaruh terhadap Ketahanan Ekonomi Indonesia. Pengaruh menguatnya dollar terhadap rupiah dapat dilihat dari sisi positif dan sisi negatif.
A.              Dampak Positif
-        Nilai gaji WNI dalam Dolar AS akan meningkat

-        Sektor industri pariwisata mengalami peningkatan pengunjung karena sebagian besar wisatawan jadi lebih memilih pariwisata domestik. Wisatawan mancanegara pun memilih berwisata ke Indonesia karena lebih murah.
-        Dapat meningkatkan ekspor karena harga barang Indonesia di luar negeri menjadi murah sehingga meningkatkan permintaan akan barang dari Indonesia.
B.              Dampak Negatif
-        Menaiknya gaji dalam bentuk dolar AS yang dibayarkan kepada WNA.
-        Kenaikan harga barang-barang impor. Sebagian besar perdagangan luar negeri indonesia dijalankan dengan perantaraan dolar AS, sehingga mahalnya dolar AS akan membuat harga barang impor juga makin mahal, semakin memberatkannya hutang negara dan swasta.
-        Dampak terhadap sektor riel dan pengangguran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: menurunnya order dari rekanan di luar negeri sehingga banyak perusahaan kesulitan memasarkan produknya yang pada akhirnya harus melakukan efisiensi atau rasionalisasi supaya dapat bertahan hidup dan melemahnya daya beli masyarakat indonesia karena melemahnya mata uang rupiah dan kenaikan inflasi serta kesulitan likuiditas atau modal kerja dari perbankan yang mengetatkan kebijakan pemberian kreditnya. Kedua hal tersebut mengakibatkan industri di sektor riel menjadi tertekan, sehingga apabila hal ini berlarut-larut akan melemahkan daya tahan perusahaan yang akan berimbas pada kemungkinan melakukan phk bagi para karyawannnya demi mengurangi beban perusahaan atau karena memang perusahaan sudah tidak mampu lagi beroperasi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Menguatnya nilai tukar dollar terhadap rupiah menyebabkan dampak positif maupun negatif. Hal ini menimbulkan ketidakstabilan ketahanan ekonomi Indonesia.
3.2 SARAN
Pemerintah seharusnya dapat menangkap peluang yang ada dengan menguatnya kurs dollar terhadap rupiah untuk mencapai ketahanan ekonomi Indonesia dengan membuat berbagai kebijakan.


DAFTAR PUSTAKA
http://bem.feb.ugm.ac.id/ketika-rupiah-bertekuk-lutut-terhadap-dolar/, diakses pada tanggal 6 Desember 2015 pukul 13.39





Komentar

  1. Semoga rupiah tidak merosot lagi dipermainkan Dollar dan tidak dipecundangi oleh kebijakan pemerintah sendiri. salam kenal mampir ke blog saya ya

    BalasHapus

Posting Komentar